Sunday, January 10, 2016

TEKNOLOGI DETEKSI DINI MALARIA DI DAERAH TERPENCIL

Indonesia Bebas Malaria

Oleh : Gita Perdana

Tiga beban utama (triple burden) kesehatan nasional adalah adanya pergeseran demografi (meningkatnya jumlah penduduk lansia), meningkatnya penyakit tidak menular (stroke, jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain), dan masih tingginya penyakit menular (infeksi). Indonesia yang merupakan negara tropis, malaria tetap menjadi salah satu penyakit menular utama khususnya di beberapa wilayah yang dinyatakan masih endemis terutama di luar Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena malaria masih merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian pada kelompok berrisiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu hamil dan secara langsung dapat menurunkan produktivitas kerja. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi 1,75 juta kasus.  Jumlah penderita positif malaria (hasil pemeriksaan mikroskop positif terdapat kuman malaria) tahun 2006 sekitar 350.000 kasus, dan pada tahun 2007 sekitar 311.000 kasus.
Laporan WHO pada tahun 2005 menyebutkan, di seluruh dunia jumlah kasus baru malaria berkisar 300-500 juta orang dengan kematian 2,7 juta orang/tahun, sebagaian besar anak-anak di bawah lima tahun yang merupakan kelompok paling rentan terhadap penyakit dan kematian akibat malaria dengan jumlah negara endemis malaria pada tahun 2004 sebanyak 107 negara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Tidak Diminati dijelaskan bahwa, Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial, dan ekonomi.
Harijanto (2010) menuturkan, penyakit  malaria masih  endemis di beberapa wilayah. Umumnya di daerah malaria yaitu daerah-daerah terpencil yang sebagian penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Dari 200 lebih kabupaten /kota  yang  ada di  Indonesia, sebanyak 167 kabupaten / kota merupakan wilayah endemis  malaria. Daerah  dengan kasus  malaria tinggi  dilaporkan terbanyak  di kawasan  Indonesia,  antara  lain di Provinsi Papua, Nusa Tenggara  Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara. Dikawasan lainnya yang dilaporkan angka malaria masih cukup tinggi adalah di propinsi Kalimantan  Barat, Bangka Belitung, Sumatera  Selatan, Bengkulu  dan  Riau.
Menurut Prabowo (2004), malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara agent (parasit Plasmodium spp),  host defenitive (nyamuk Anopheles spp) dan host intermediate (manusia) . Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh keberadaan dan fluktuasi populasi vektor (penular yaitu nyamuk Anopheles spp), yang salah satunya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan serta sumber parasit Plasmodium spp, atau penderita di samping adanya host yang rentan. Selain penularan secara alamiah, malaria juga bisa ditularkan melalui transfusi darah atau transplasenta dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya.
Pembahasan dan diskusi yang dihadiri oleh Prof. dr. Emiliana Tjitra, M.Sc. Ph.D dari Badan Litbang Kemenkes, Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, Sp.Par.K. dari Universitas Brawijaya dan Dr. Aty Widyawaruyanti, Msi.,Apt dari ITD Universitas Airlangga dan Dr. Agung Eru Wibowo, MSi., Apt dari Pusat Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT di tahun 2013 terkait penatalaksanaan pengobatan malaria dikaitkan dengan meningkatnya efikasi klinis dan resistensi, potensi pengembangan diagnostik plasmodium, pengembangan fitofarmaka dan beberapa hasil penelitian terkait pathogenesis, resistensi, jalur metabolisme dan potensi target aksi obat baru serta upaya pengembangan vaksin telah dilaksanakan secara intensif. Aspek teknis tekonologi terkait jenis dan staging plasmodium yang banyak serta kompleksitas genetik plasmodium merupakan kendala utama dalam pengembangan vaksin.
Deteksi dini adalah usaha untuk mendeteksi penyakit atau kelainan, dengan menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan. Tujuan dari deteksi dini ini untuk menemukan secara dini, yaitu malaria yang masih dapat disembuhkan, untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas malaria.
Dari beberapa jenis pemeriksaan laboratorium, yang dianggap paling baik sehingga dijadikan sebagai goal standard  pemeriksaan laboratorium malaria adalah pemeriksaan secara mikroskopis karena pemeriksaan berdasarkan mikroskopis mempunyai kelebihan yaitu bisa menentukan dengan tepat spesies serta stadium parasit Plasmodum spp termasuk kepadatannya.  Tetapi kadangkala hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dipercaya penuh sebagai dasar penegakan diagnosis terutama pada penderita yang telah diberi pengobatan atau profilaksis, karena obat anti malaria secara parsial dapat menyebabkan berkurangnya jumlah parasit sehingga berada di bawah ambang pemeriksaan mikroskop. Ini mengakibatkan pada pewarnaan sediaan darah hanya ditemukan sedikit parasit yang menggambarkan parasitemia yang rendah padahal pasen sedang menderita malaria berat.
Berikut adalah teknologi deteksi dini malaria yang dapat dimanfaatkan di daerah terpencil
1.      Memanfaatkan mikroskop cahaya dan cairan acridine orange
Peneliti dari Institut Penyakit Tropis, Universitas Airlangga, Indah S. Tantular, mengembangkan teknik deteksi malaria yang cepat, mudah, dan murah. Teknik deteksi ini didasarkan pada pengamatan ada tidaknya parasit malaria dalam darah manusia. Untuk mendukung teknik deteksi, mikroskop cahaya binokuler sedikit dimodifikasi. Sumber cahaya diganti dengan lampu halogen. Sementara itu, ditambahkan filter khusus untuk menyeleksi panjang gelombang dari lampu halogen sesuai yang diinginkan.
Untuk mendeteksi, cukup mengambil sampel darah dan membuat hapusan tipis pada kaca preparat mikroskop. lalu, tambahkan cairan acridine orange pada sampel, kemudian diamati. Parasit akan tampak berpendar. Bila dalam pengamatan mikroskop terdapat obyek berpendar dengan bentuk serupa cincin atau pisang, maka besar kemungkinan orang yang diambil sampel darahnya menderita malaria.
Teknik yang dikembangkan lebih murah dan mudah ditempatkan di wilayah endemik malaria. Biasanya harus pakai mikroskop fluoresens yang mahal dan besar serta besar potensi kerusakan alat deteksi, sehingga sulit dibawa ke daerah endemik.
2.      Tes Napas
Stephen Trowell dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) berhasil mengidentifikasi bio-marker dari penyakit malaria. Trowell menuturkan telah menemukan ada empat  unsur kimiawi saling terikat dan mengandung sulphur-atom, yang dalam jumlah banyak tentunya akan meninggalkan bau. Nah, penyakit malaria meningkatkan kadar unsur ini di dalam tubuh, sehingga sekecil apapun kuman yang masuk, unsur ini pasti akan melonjak tajam dan bisa terdeteksi karena memiliki bau. 
Kemudia Trowell menjelaskan bahwa apa yang sedang dikerjakannya ini dapat menjadi alternatif baru bagi deteksi penyakit malaria. Saat ini, deteksi malaria hanya dapat dilakukan dengan tes darah dan menurut Dr Trowell, tes darah sangat tidak praktis.
Tes darah membutuhkan laboratorium lengkap, yang akan sulit dimiliki oleh daerah-daerah terpencil tempat malaria masih menjadi endemis. Dengan tes napas, deteksi pun akan menjadi lebih praktis dan jangkauannya juga semakin luas.
3.      Malaria Observation Endemic Surveillance (MOSES)
MOSES adalah aplikasi yang menggabungkan teknologi client runtime dengan aplikasi di PDA untuk melakukan diagnosis dan analisis terhadap pasien yang didug terkena malaria secara cepat. Solusi ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang berada di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat.
Tim”Big Bang” ITB menciptakan sebuah virtual character. Petugas kesehatan dilengkapi dengan alat yang bernama PDAscope yang terdiri dari sebuah modiffikasi mikroskop plus PDA. PDAscope ini menyerupai sebuah mikroskop asli yang dibuat dengan bahan-ahan yang murah. Hal tersebut merupakan pertimbangan dari “Big Bang” atas faktor ekonomis pada implementasi solusi ini. PDAscope ini nantinya akan dapat menjadi alat pelengkap kamera yang berada pada PDA yang dapat meneropong sampel darah yang diambil dari yubuh pasien. Setelah PDA tersebut merekam hasil gambar tersebut, petugas kesehatan dapat mengirimkan gambar sampel darah tersebut ke pusat kesehatan yang berada pada lokasi yang jauh dari tempat tersebut.
Usaha preventif dan deteksi malaria penting untuk melindungi masyarakat dari penyakit malaria. Upaya  yang dapat masyarakat lakukan adalah meminimalisir resiko malaria. Usaha preventif dapat dilakukan mulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyrakat sekitar. Kesadaran masyarakat untuk peduli malaria juga harus ditingkatkan melalui penyuluhan-penyuluhan efektif yang dapat dilakukan oleh pihak akademisi maupun tenaga medis. Perkembangan teknologi deteksi dini malaria terus berjalan demi mendapatkan keefektifan dan kemudahan bagi penderita malaria. Terutama masyarakat terpencil yang sangat minim mendapatkan fasilitas kesehatan. Semua upaya pemberantasan malaria bertujuan agar Indonesia bebas malaria [ ].


PEMERIKSAAN KESEHATAN SEBELUM MENIKAH

Oleh : Gita Perdana

Kesehatan Pra Nikah

Semboyan Lebih baik mencegah daripada mengobati” dapat membantu menghadapi masalah kesehatan yang mungkin akan menimpa kelak. Mencari tahu tes kesehatan apa saja yang perlu dilakukan, tentu tidak hanya menghemat biaya pengobatan yang harus dikeluarkan nantinya, tetapi juga membuat kita terhindar dari penyakit.
Menurut Meta Aprilia (2009), medical check up atau pemeriksaan kesehatan merupakan serangkaian pemeriksaan, mulai dari wawancara (amnesia terhadap pasien),  pemeriksaan fisik , dan atau pemeriksaan penunjang. Dan bagian medical check up ini sangat berkaitan erat dengan unit penunjang medis seperti bagian radiologi, bagian laboratorium, bagian rawat inap, dan lain-lain.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 menyatakan bahwa, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manfaat melakukan tes kesehatan sebelum menikah adalah mencegah penularan penyakit antar pasangan, mendeteksi sifat pembawa kelainan bawaan pada kedua pasangan, dan menentukan sejauh mana kebugaran masing-masing pasangan.
Menurut dr. Frizar Irmansyah (2013), idealnya pemeriksaan dilakukan enam bulan sebelum menikah. Tujuannya supaya apabila terdapat kelainan seperti hepatitis, TBC, infeksi, bisa diberikan waktu kepada pasangan untuk proses penyembuhan. Bagi calon pengantin perempuan, lakukanlah pemeriksaan ini saat tidak sedang menstruasi. Hal ini dilakukan dengan menunggu tiga sampai lima hari sesudah menstruasi untuk menghindari adanya kontaminasi darah di urine.
Tes kesehatan sebelum pernikahan bisa mendeteksi kemungkinan berbagai penyakit menular, menahun, genetik yang diturunkan. Menurut Merry Wahyuningsi (2013), beberapa risiko penyakit yang bisa menular pada pasangan atau menular pada keturunan adalah sebagai berikut
1. Penyakit seperti diabetes melitus, kelainan jantung dan hipertensi, kelainan darah cenderung diturunkan. Calon ibu yang mempunyai kadar gula tinggi, bila tidak dikontrol dapat berisiko cacat pada janinnya atau mengalami komplikasi kehamilan seperti janin besar, gangguan pertumbuhan pada janin, proses kelahiran yang sulit atau janin meninggal di dalam kandungan. Tapi bila kondisi ini diketahui sejak awal, dapat dilakukan perubahan gaya hidup dan bila perlu dilakukan pengobatan agar kadar gula darah terkendali dan komplikasi dapat dicegah atau dihindari.
2. Penyakit infeksi seperti hepatitis B juga bisa ditularkan ibu kepada janinnya atau dari sang suami kepada istrinya. Sebagian besar PMS termasuk sifilis, herpes, gonorrhea juga bisa mengakibatkan terjadinya kecacatan pada janin.
3. Ketidakcocokkan rhesus juga sangat mempengaruhi janin, seperti janin mengalami anemia, jaundice (kuning) dan komplikasi lainnya. Ketidakcocokkan rhesus ini sering terjadi pada pasangan berbeda ras.
4. TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan Herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari perempuan hamil kepada bayinya. Perempuan yang terinfeksi memiliki risiko tinggi menularkan ke janin yang bisa berakibat fatal.
5. Bila kedua pasangan membawa sifat thalassemia (thalassemia minor), maka besar kemungkinan keturunannya thalassemia mayor.
6.  Kelainan jantung bawaan atau congenital heart disease merupakan suatu kelainan pembentukan struktur jantung atau pembuluh besar yang keluar dari jantung. Congenital artinya ‘lahir dengan’ atau ‘hadir pada kelahiran’ dalam arti dibawa sejak lahir.
7.  Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
8.  AIDS, adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya.
9.  Kelainan genetik dan kromosom, termasuk buta warna. Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.
Banyak konflik dalam pernikahan yang mungkin berujung pada perceraian diakibatkan oleh masalah kesehatan, kesuburan dan keturunan, yang tidak dipersiapkan sebelumnya. Setiap pasangan yang akan menikah butuh keterbukaan tentang kesehatan. Periksaan dini sebelum menikah dapat menjadi pembuktian cinta pada pasangan dan saling terbuka masalah status kesehatan masing-masing [].

Saturday, January 9, 2016

ANALISIS STUDI KELAYAKAN TEMPAT BERDIRINYA INSTALASI FARMASI DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN USU

Tugas Mata Kuliah Farmasi Rumah Sakit 2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN

Strategic Business Planning bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dan tujua perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan beserta semua dinamiknya dalam menghadapi pesaing. Dengan demikian, seseorang yang sudah lama terlibat ataupun baru memasuki sudah lama terlibat ataupun baru memasuki dunia bisnis pasti memerlukan perencanaan bisnis yang akurat untuk memusatkan perhatian pada posisi di bisnis tersebut, mengetahui arah perusahaan akan pergi, cara mencapainya, serta tindakan yang perlu dilakukan agar memaksimalkan kekuatan dan berhasil merebut peluang yang ada. Oleh karena itu, perencanaan bisnis yang baik merupakan alat yang sangat berguna untuk menjalankan bisnis secara efektif dan efisien (Rangkuti, 2009)
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang merupakan jejaringan institusi pendidikan kedokteran dan digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar pendidikan profesi kedokteran. Pelayanan RS pendidikan bebeda dengan RS non-pendidikan dalam hal :
1.      Penjamin mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedoteran bebasis bukti.
2.      Penerapan metode penatalaksanaan terapi terbaru
3.      Teknologi kedokteran yang bertepat guna
4.      Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama
5.      Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik
6.      Tersedianya konsultasi dari staf medis pendidikan selama 24 jam
Terdapat penilaian terhadap standar dan parameter yang harus dipenuhi sebuah rumah sakit untuk ditetapkan RS pendidikan. Untuk akreditasi dan reakreditasi, penetapan parameter penilaian akreditasi pendidikan dokter dilakukan oleh organisasi kedokteran. Menteri Kesehatan dapat menetapkan , membatalkan, mencabut, atau menunda pemberian Surat Keputusan Rumah Sakit Pendidikan tergantung dari hasil akreditasi tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004)
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi ; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004)
Didalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented). Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Anonim, 2006).
Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan mau pun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004).
Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal. Jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggungjawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggungjawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medic, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).
Berdasarkan tingkatannya, RS Pendidikan dibagi menjadi RS Pendidikan Utama, Aafiiasi, dan Satelit. Berikut adalah kriteria umum yang harus dipenuhi ketiga klisifikasi RS Pendidikan.
1.      Terdapat visi, misi, dan tuuan Rumah Sakit secara tertulis yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran.
2.      Terdapatdokumen perjanjian kerja sama antara Direktur RS Pendidikan dengan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran meliputi aspek medikolegal, sumber daya manusia, pembiayaan, sarana prasarana, manajemen pendidikan dan daya tampung peserta didik.
3.      Kesepakatan tersebut harus bersifat saling mengikat dalam hal seluruh proses pendidikan kedokteran.
4.      Pelayanan di rumah sakit telah terakreditasi.
5.      Rumah sakit telah memiliki SK Penetapan Menteri Kesehatan sebagai RS Pendidikan
6.      Memiliki 4 pelayanan spesialis dasar (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan dan kandungan). RS Pendidikan Utama memiliki 11 pelayanan spesialis lainnya, sedangkan RS Pendidikan satelit memiliki 4 pelayanan spesialis lainnya.
Untuk menetapkan suatu Rumah Sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Secara permohonan dari pemilik/pimpinan RS untuk penetapan rumahsakitnya sebagai RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan RI c.q. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
2.      Izin Operasional/Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit yang masih berlaku.
3.      Surat penetapan Kelas RS (dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI).
4.      Surat Pernyataan Kesediaan Pemilik Rumah Sakit (sanggup menyediakan anggaran, sarana dan prasana pendukung dalam rangka pemanfaatan rumah sakitnya sebagai RS Pendidikan)
5.      Naskah Perjanjian Kerja sama antara Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit.
6.      Surat Rekomendasi (dari Dinas Kesehatan Provinsi).
7.      Profil RumahSakit 3 tahun terakhir.
8.      Isian Borang Penilaian Penetapan Rumah Sakit Pendidikan (sesuai denga kriteraia/ kedudukan RS Pendidikan (sesuai dengan kriteria/kedudukan RS Pendidikan tersebut terhadap Fakultas Kedokterannya).
Analisis SWOT adalah langkah awal dari suatu perencanaan strategi pengembangan. Dimulai dengan identifikasi masalah, tujuan organisasi sampai pada menimbang kekuatan dan kelemahan sendiri serta peluang dan ancaman dari luar dan juga melakukan beberapa langkah penting yang menunjang pemasaran atau pengembangan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) (Pearce and Robinson 1996 ; Wahyudi 1996).
Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu : 
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. 
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode analisa kualitatif dan analisisnya menggunakan analisis SWOT. Rangkuti (2001), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strengths dan opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weaknesses dan threatsStrengthweaknessopportunity dan threat merupakan faktor-faktor strategis perusahaan yang perlu dianalisis dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut pula analisis situasi dengan model analisis SWOT. Cara melakukan analisis SWOT adalah melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, setelah faktor-faktor teridentifikasi maka dilakukan pembobotan serta ranking. Bobot dikalikan rating setiap faktor mendapatkan skor untuk faktor-faktor tersebut. Bobot dihitung, 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (sangat penting). Jumlah bobot untuk opportunity dan threat adalah 1.00, demikian pula jumlah bobot strength dan weaknes juga satu. Rating opportunity mulai dari angka 1 (dibawah rata-rata), 2 ratarata, 3 (diatas rata-rata) dan 4 (sangat baik), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Nilai rating opportunity dan threat selalu bertolak belakang, misalnya apabila faktor threat nya lebih besar, diberi nilai 4. Begitu pula pemberian nilai untuk strength dan weaknes. Dalam analisis SWOT, berdasarkan score yang didapat apakah ada opportunity (nilai positif) atau threat (negatif), dan apakah faktor strength mengungguli (+) weakness (-) maka didapat 4 kwadran rekomendasi. Adapun gambar diagram Cartesius kuadran analisis SWOT.

Menetapkan bobot berdasarkan kontribusi atas pengaruh strength atau weakness tersebut terhadap pencapaian tujuan dan misi atau visi perusahaan. Semakin besar bobotnya, berarti semakin tinggi konstribusi/pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan dan misi atau visi Warnet Global Internet. Menetapkan ranting dengan membandingkan posisi setiap faktor dengan pesaing utama, untuk faktor yang sama misalnya, bila faktor strenght lebih baik dari usaha pesaing, maka rantingnya bisa 4 (sangat baik).
Pembahasan Hasil Analisis SWOT
Sebagaimana penulis kemukakan pada bab sebelumnya, bahwa dalam pembahasan hasil penelitian dan sesuai tujuan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan teori SWOT analisis yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Pada bagian ini Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor strategis internal dalam kerangka Strength dan Weaknessserta faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka Opportunity dan Threat. Serta untuk menentukan alternatif strategi dan penentuan pilihan strategi pengembangan usaha bisnis jasa Warnet Global Internet.

Analisis Faktor Internal dan Eksternal Menggunakan IFAS dan EFAS
Tahap-tahap dalam menyusun tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) dengan menentukan faktor-faktor yang menjadi Strength serta Weakness Global Internet, selanjutnya memberikan bobot masing-masing faktor dari skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangaat penting) dimana semua bobot tersebut jumlahnya tidak melebihi skor total 1,00. Menghitung ranting untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 (dibawah rata-rata) sampai dengan 4 (sangat baik). Nilai ranting Strength dan Weakness selalu bertolak belakang, begitu juga dengan Opportunity dan Threat.

Rumah Sakit USU terletak di depan pintu III. Rumah Sakit USU yang terletak di jalan dr. Mansyur tepatnya di depan pintu III, dilihat dari luar sudah mulai dikunjungi masyarakat, walaupun selama ini hanya didominasi oleh mahasiswa USU sendiri.
            Rumah Sakit USU letaknya strategis karena terletak di tengah kota selain itu juga merupakan jalan lintas yang sangat ramai karena berada di kawasa kampus USU. Akan tetapi terdapat sedikit kendala jika terjadi hujan deras dapat menyebabkan kemacetan menuju Rumah Sakit USU karena jalan raya mengalami banjir menuju akses ke Rumah Sakit USU.
Menurut kami, tata letak Rumah Sakit USU sudah memenuhi standar dimana telah disediakannya tempat parkir yang cukup luas dan teratur. Pasien juga diharapkan akan merasa nyaman dengan tersedianya sedikit taman yang berada di sekitar halaman rumah sakit USU.
Rumah Sakit USU merupakan Rumah Sakit Pendidikan sehingga jika ditinjau dari sisi SDM di RS USU secara kuantitas memiliki banyak SDM karena setiap instalasi atau bagian yang ada di rumah sakit memiliki banyak peminat dari lulusan USU, secara kualitas kepala atau penanggung jawab instalasi atau bagia di setiap rumah sakit diketahui sampai saat ini dipimpin oleh dosen-dosen dari USU yang dianggap sudah layak dan berkompeten. Masyarakat yang berkunjung masih beberapa sebab belum resminya rumah sakit USU menurut undang-undang, serta belum tersedia secara lengkap alat-alat penunjang untuk rumah sakit secara standar.



STRENGTH
BOBOT
NILAI
SKOR
Instalasi Farmasi Rumah Sakit USU memiliki struktur organisasi
0,1
3
0,3
Rumah Sakit USU memiliki potensi SDM karena lulusan USU menjadi peminat utama di Rumah Sakit USU
0,2
4
0,8
Instalasi Rumah Sakit USU memiliki SOP yang lengkap
0,2
4
0,8
Rumah Sakit USU berada di bawah kuasa Universitas Sumatera Utara
0,05
2
0,1
TOTAL


2

Weakness
BOBOT
NILAI
SKOR
Lokasi Rumah Sakit di wilayah yang tidak bebas banjir
0,2
3
0,6
Jalan Dr. Mansyur menjadi daerah yang padat saat jam-jam sibuk, sehingga tidak efektif jika ada keadaan gawat darurat
0,2
3
0,6
Fasilitas Instalasi yang belum lengkap
0,3
3
0,9
Kondisi keamanan Rumah Sakit USU yang minim
0,1
2
0,2
Perlengkapan farmasi yang tidak sempurna
0,1
3
0,3
Operasional Rumah Sakit USU yang belum jelas
0,2
3
0,6
TOTAL


3,2
           
OPPORTUNITY
BOBOT
NILAI
SKOR
Memiliki jaringan kerjasama di pengadaan perbekalan farmasi
0,2
4
0,8
Peluang pasar yang dekat dengan pemukiman dan pusat aktivitas bisnis
0,1
3
0,3
TOTAL


1,1

TREATH
BOBOT
NILAI
SKOR
Intervensi media terhadap pencitraan Rumah Sakit USU
0,3
3
0,9
Munculnya apotek dan toko obat baru di sekitar wilayah Rumah Sakit USU
0,2
3
0,6
TOTAL


1,5






II.  Stabilitas

Weakness ( - 3,2 )
Opportunity ( 1,1 )

I.    Growth




III.      Defence

Threat ( -1,5 )
  ( 2 ) Strength

IV.   Difersifikasi



Dari hasil analisa, Strength memilki poin 2, Opportunity 1,1. Weakness -3,2, dan Threat (-1,5). Maka, di dapatkan bahwa, weakness memilki nilaiskor tertinggi. Dengan nilai keseluruhan mengarah kepada defence yang berarti lebih memperbaiki internal.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kelayakan lokasi instalasi farmasi di RSU Pendidikan USU adalah layak dengan peningkatan faktor-faktor internal dan juga upaya-upaya pemanfaatan jaringan kefarmasian.


Saran
Sebaiknya, untuk analisa selanjutnya menggunakan data yang lebih valid dan sumber yang lebih banyak. Implementasi dari perencanaan sebaiknya dilaksanakan karena apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, maka hasil yang diinginkan sulit untuk didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, 1, 5, 14-17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Cleland, I., David. 1978. Strategic Planning and Policy. Van Nostrand Reinhold, New York.
Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Prawirokusumo, Soeharto. 2000. Manajemen Strategik. Andi, Yogyakarta.