Celanaku
bergetar, fokusku langsung buyar ketika aku sedang di dalam kelas. Hari ini
jadwal kuliahku memang padat. Mulai dari pagi sampai sore, aku terus masuk
kelas. Ini terjadi karena belakangan ini kami memang jarang masuk kelas karena
jadwal pengajar/dosen kami yang bentrok. Karena 2 minggu lagi kami akan ujian, maka minggu ini
adalah minggu padat kami untuk mengganti kuliah. Ku buka handphoneku yang ada
di dalam saku celanaku. Ku buka layar utama, dan tertulis bahwa ada 5 pesan masuk
dan 3 pesan dari online chatku. Ku tutup kembali handphoneku dan kembali aku
fokus pada kuliahku. 30 menit kemudian, selesai sudah materi kuliah kami untuk
hari ini, dan kami berhamburan keluar ruang kuliah dan bergegas untuk pulang.
Sementara teman-teman yang lain pulang, aku berjalan menuju mesjid untuk
melaksanakan sholat Ashar. Sambil berjalan, ku buka kembali handphoneku dan kubaca
pesan-pesan masuk tadi.
Aku
adalah salah satu mahasiswa disalah satu Universitas di Kota Medan. Aku
mengambil jurusan dibidang kesehatan. Namaku Gaga Pratama, namun teman-teman
kampusku lebih sering memanggilku “Kang Gaga”. Aku bisa menebak mengapa
teman-temanku memanggil namaku seperti itu. Pertama, Aku dibesarkan dari keluarga
jawa yang lahir di sumatera. Daerah kelahiranku kebanyakan orang suku jawa
walaupun orang-orang asli diwilayah kami adalah orang yang bersuku batak dan
melayu. Hanya berbicaraku memang agak bercampur. Aku sering menggunakan istilah
jawa tetapi irama berbicaraku agak kebatak-batakan dan melayu. Dan banyak
pemuda diwilayahku juga seperti itu. Jika dikampus, aku sering terbawa model
komunikasi seperti dikampung. Kedua, aku dan teman-teman sekelas dikuliah
pernah mencetak jaket angkatan. Kami mencetak jaket untuk kami sendiri dan
setiap jaket diberi nama sesuai pemiliknya. Aku meminta di jaketku di tulis
nama “Akang Gaga” dan teman-temanku tertawa melihat nama pada jaketku. Di
kelas, aku dekat dengan teman-teman kuliahku, namun ada 5 orang yang menurutku
sering bersama denganku dalam mejalani kehidupan kampus ini. Mereka adalah Lido, Rifa, Fojin, Ofi, dan
Gartam.
Dari 5
pesan yang masuk di handponeku, semuanya adalah pesan masuk dari para seniorku dikampus. Ini sangat
jarang terjadi. Biasanya, sms yang masuk dari orangtuaku yang menanyakan kabar,
teman yang menanyakan tugas kuliah, atau operator kartu yang menginformasikan
tentang promo atau tenggat pulsa yang sudah mau habis. Langsung aku buka
sms-sms itu. Ketika ku buka semua inti pesannya sama, yaitu meminta aku untuk
ikut pada rapat yang akan dilaksanakan di dekat mesjid. Kebetulan di dekat
mesjid ada ruang besar yang disediakan untuk kegiatan mahasiswa dan juga
digunakan untuk menampung jamaah yang berlebih.
Terbesit dipikiranku tentang
isu-isu yang beredar di kampus bahwa sekarang sedang masa pergantian pengurus
organisasi terutama organisasi yang ada di fakultasku. Aku berpikir apakah
mungkin ini adalah rapat tentang menaggapi hal ini? Apa pantas aku mengikuti
rapat yang penuh dengan kebijakan penting ini? Atau jangan-jangan aku menjadi
target man untuk meneruskan kepengurusan? Aku terus berpikir dan berharap agar
aku tidak menjadi ketua pada salah satu organisasi kampus karena aku tidak
sanggup. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana repot dan sibuknya seorang
pimpinan organisasi dalam menjalankan organisasi. Belum lagi hubungan yang
harus dijaga antara hubungan horizontal yaitu bersama teman-teman kampus dan
hubungan vertikal yaitu bersama pihak birokrasi kampus atau pihak eksternal
kampus.
Hatiku terus bergemuruh
seakan-akan memberikan sinyal bahwa akan ada sesuatu terjadi. Badanku
berkeringat dan bajuku basah karena keringatku sendiri padahal hari mendung dan
angin dingin mengalir disela-sela tubuhku selama perjalanan menuju mesjid. Aku
melihat sekeliling dan sepintas, aku melihat teman sekelasku, Fojin. Dia adalah
mahasiswa yang murah senyum, walaupun beberapa kali tertidur dikelas, dia
memilki nilai yang cemerlang di kelas, bahkan belakangan banyak
mahasiswi-mahasiswi yang dekat dengannya karena wataknya yang mudah mencair.
Aku berpikir bahwa dia lebih pantas untuk dijadikan pimpinan organisasi karena
karakter yang dia miliki menurutku sudah pantas untuk itu. Apabila pun ada yang
menjadi lawannya dalam pemilihan nanti, maka lawannya pasti akan kalah telak.
Aku mulai berjalan mendekatinya dan mengucapkan salam sembari meneruskan
perjalanan bersama menuju mesjid. Ketika kami sudah sampai dipintu mesjid, tak
kusangka ia bertanya “Ga, Kamu dapat sms dari bang Jen?” lalu aku menjawab “ya,
kenapa rupanya?”, lalu dia senyum dan mengatakan” selesai sholat, kita bareng
ke Aula mesjid ya, aku juga dapat sms dari bang Jen”.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment