Wednesday, April 13, 2016

GAGA DIPERSIMPANGAN (Part 2)

         


              Selesai melaksanakan sholat ashar, kami bergegas masuk ke dalam Aula mesjid, ketika aku masuk, baru kali ini aku merasakan aula ini penuh sesak. Bahkan pendingin yang ada di aula ini tidak mampu lagi mendinginkan ruangan yang penuh dengan lautan manusia ini. Ketika aku dan Fojin mulai mencari tempat duduk, semua mata tertuju pada kami berdua sambil tersenyum. Aku membalas senyum kosong dan mataku tak henti-hentinya untuk mencari tempat kosong. Sekilas ku memandang ke arah depan, kulihat ada tangan melambai-lambai. Setelah kuperhatikan itu adalah tangan Bang Arai. Bang Arai adalah abang kelas ku dikampus, beliau adalah pimpinan organisasi tingkat fakultas di kampusku. Beliau sekarang sedang fokus pada pergantian pengurus sembari menyelesaikan peneletian beliau. Bang Arai adalah mahasiswa yang unik, karena beliau agak sulit berkomunikasi karena menurutnya semua kata atau kalimat yang dikeluarkan oleh pimpinan harus dipikir matang-matang. Beliau sering menghentikan pembicaraan dipertengahan hanya untuk mencari kalimat atau kata yang akan digunakannya. Sungguh orang yang sangat berhati-hati. Langsung saja aku mengahmpiri beliau, ternyata beliau telah menyiapkan tempat duduk untuk kami berdua. Lalu kami duduk, dan Bang Arai bertanya,”Lama sekali kalian kesini, ada kuliah ya?”, lalu kami berdua serentak berdua menjawab, “Iya bang”. Kemudian bang Arai tersenyum melihat reaksi kami tadi.
                Dilanjutkanlah acara diskusi sore itu, setelah dibuka oleh muderator, permasalahannya adalah organisasi kampus sedang mencari sosok pemimpin-pemimpin yang layak untuk melanjutkan organisasi kampus. Lalu munculah beberapa pandangan termasuk par senior kami yang terus beradu argumen dan pendapat mengenai hal tersebut. Aku hanya menyimak sambil mataku agak tertutup karena aku merasa mengantuk setelah mengikuti perkuliahan mulai dari pagi tanpa henti. Hingga pada akhir diskusi dipilihlah beberapa nama yang akan ditunjuk sebagai pimpinan organisasi di kampus. Ada 3 organisasi yang akan melakukan perganitian kepengurusan, yaitu Organisasi Keluarga Mahasiswa Tingkat Fakultas, Jurusan, dan Konsentrasi. Dalam hati, aku terus memberontak untuk tidak mengikuti diskusi ini lagi, aku sangat ingin pulang dan istirahat lalu mengerjakan tugas-tugas kuliah serta beberapa berkas beasiswa yang harus ku lengkapi. Ditambah lagi beberapa karya tulis ilmiah yang sedang berjalan aku kerjakan, semua itu membutuhkan waktu, energi, dan ide yang tidak sedikit. Sementara orang-orang diruangan berbicara, aku terus membayangkan tugas-tugasku. Tubuhku sudah gelisah, namun tempat dudukku seperti memiliki medan magnet yang menarik tubuhku terus untuk tetap duduk dibangku tersebut.
                Hari semakin sore, diskusi masih berjalan, aku terus memperhatikan sampai pada agenda penentuan nama-nama yang akan diangkat sebagai pimpinan. Ketika forum ditanya siapa yang bersedia untuk menjadi pemimpinan organisasi selanjutnya, seluruh isi ruangan senyap. Tak ada suara sedikitpun yang keluar, sangat berbeda ketika diskusi diawal sebelumnya. Ditunggu oleh muderator beberapa menit. Setelah beberapa menit ditunggu dan tidak ada respon, maka muderator mempersilahkan para hadirin diskusi untuk menyampaikan rekomendasi nama-nama yang akan dicalonkan, setelah dicalonkan maka disepakati oleh forum siapa-siapa saja yang akan menjadi pimpinan tetap kedepannya. Tak lama kemudian, seorang wanita mengangkat tangannya dari barisan wanita yang barisannya lebih banyak dari pada barisan laki-laki. Beliau adalah Kak Wadah, beliau adalah kakak kelas yang sulit ditebak menurutku. Namun, walaupun sulit ditebak, beliau sudah berkontribusi banyak terhadap aktivitas kemahasiswaan. Beliau terkenal sebagai mahasiswi yang aktif dan memilki wawasan ilmu yang luas. Beliau juga memiliki jaringan nasional. Beliau mulai berbicara mengenai pendapatnya dan rekomendasinya dengan logat minang. Karena kak Wadah adalah seorang wanita dari minang namun bermarga batak.                 Beliau mencalonkan Lido sebagai pimpinan organisasi Fakultas, kemudian fojin sebagai pimpinan organisasi jurusan dan Ahmad sebagai pimpinan organisasi departemen. Seluruh khalayak forum terdiam dan kemudian muderator menanyakan kembali siapa yang memiliki rekomendasi untuk pimpinan organisasi tersebut.
Selanjutnya, mengangkat tangan kembali dari barisan mahasiswi. Dia adalah Alda, mahasiswi yang satu angkatan denganku. Dia berasal dari jakarta, ada kesan aneh pertama kali bertemu dengannya. Teringat dalam memoriku, Saat itu ketika orientasi kampus yang diadakan di fakultasku. Dia begitu aktif dan sering berbicara di depan umum. Namun, di penghujung agenda orientasi, Alda dipersilahkan oleh kakak dan abang panitia untuk mengungkapkan kesan dan pesannya selama mengikuti orientasi selama 3 hari. Yang menarik dari pernyataannya adalah alda tidak menyangka akan masuk ke universitas di medan ini. Alda pernah mendengar kota medan tetapi alda mengira kota medan adalah kota yang tertinggal dan jauh dari kata modern, sontak seluruh ruangan menyoraki alda karena mayoritas mahasiswa baru berasal dari medan dan sekitarnya, namun dengan tenangnya didepan orang banyak, dia hanya tersenyum dan memohon maaf ternyata medan tidak seperti apa yang dipikirkannya. Dan setelah menyampaikan kesan dan pesan, seluruh ruangan bertepuk tangan seolah baru mendengar pidato kebangsaan yang disampaikan oleh tokoh nasional. Sungguh memori yang lucu menurutku. Kembali pada pendapat dan rekomendasi pada diskusi ini, dia mencalonkan


Bersambung...

No comments:

Post a Comment