FAKULTAS FARMASI
Mahasiswa
fakultas farmasi dikenal sebagai mahasiswa yang sangat ilmiah dan study
oriented. Ini menjadi peluang dan tantangan sendiri untuk kehidupan mahasiswa di
farmasi. Di satu sisi, sikap apatis atau kepedulian yang minim kepada
lingkungan menjadi masalah utama moral mahasiswa farmasi pada umumnya, walaupun
tidak semua mahasiswa farmasi memiliki sifat seperti itu.
Permasalahan-permasalah
yang muncul ditengah-tengah mahasiswa berbagai macam dan bervariasi sehingga
masalah itu dapat penulis klasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu permasalahan
horizontal dan permasalahan vertikal. Untuk permasalahan vertikal adalah
masalah yang terjadi antara seorang atau kelompok mahasiswa kepada pihak
perangkat kampus seperti dosen, dekanat, pegawai kampus, dan lain-lain.
Permasalahan horizontal adalah masalah yang terjadi antara seorang atau
kelompok mahasiswa kepada sesama mahasiswa .
Pada
permasalahan vertikal, tentu mahasiswa tinggal menunggu sanksi dari pihak
kampus kepada mahasiswa tersebut. Penyelesaian masalah lebih jelas dan
mahasiswa hanya bisa pasrah menerima semua konsekuensi terhadap masalah yang
menerpanya. Sementara masalah horizontal bersifat rawan atau dapat berkembang
dan meluas jika tidak segera didapatkan penyelesaiannya. Pada konflik
horizontal, dibutuhkan penengah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Penyelesaian
masalah yang reaktif, tanggap, dan kekeluargaan adalah melalui sidang atau musyawarah
internal bersama perangkat-perangkat yang berfungsi sebagai wadah mahasiswa. Pemilihan jalur penyelesaian masalah dengan
musyawarah lebih tepat dibandingkan jika masalah dibiarkan meluas dan sampai
kepada ranah hukum pidana atau sampai pada potensi konflik kerusuhan.
Hingga
pada momen-momen tertentu, masalah horizontal di lingkungan mahasiswa farmasi
muncul dan pihak kampus masih mempercayakan wadah-wadah mahasiswa untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Pada satu sisi, momen masalah ini menjadi suatu
pembelajaran yang sangat berharga. Sehingga, semboyan dari mahasiswa, oleh
mahasiswa, dan untuk mahasiswa sangat terasa ditegakkan saat permasalahan
tersebut selesai.
Penulis
ingin menceritakan salah satu momen yang berharga tersebut. Pada saat pesta
demokrasi terjadi di fakultas farmasi. Pada saat itu, sedang terjadi pemilihan
umum untuk memilih Gubernur Mahasiswa tingkat fakultas dan Ketua Himpunan
Program Studi. Masalah bermunculan saat pelaksanaan PEMIRA, maka yang memiliki
wewenang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum
Mahasiswa Farmasi sebagai penyelenggara. Ketika masalah sudah diselesaikan
dengan KPU sebagai penengah, ternyata ada pihak yang tidak terima dengan hasil
keputusan.
Ketika
masalah ini “deadlock”, maka penulis bersama dengan teman-teman wadah mahasiswa
di kampus memilih berinisiatif berdiskusi dengan pihak kampus untuk masalah ini
diselesaikan di internal mahasiswa. Setelah berdiskusi maka wadah mahasiswa diamanahkan
untuk menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya, para stakeholder wadah mahasiswa
menjalankan mission imposible ini dengan tanpa pengalaman dari pendahulu.
Langkah awal yang dibuat adalah membentuk wadah yudikatif mahasiswa yang
langsung ditunjuk dari badan eksekutif mahasiswa. Setelah badan yudikatif
muncul, maka tim yudikatif melakukan “root map problem” atau menganalisis akar
permasalahan.
Setelah
akar masalah didapatkan. Selanjutnya adalah tim yudikatif melakukan gelar
persidangan untuk mengklarifikasi segala hal yang terjadi dan memformulasi
solusi untuk menyelesaikan permasalahan. Dan tidak lupa tim yudikatif juga
menghadirkan pihak-pihak yang bersengketa. Setelah melaksanakan gelar
persidangan “alot” selama seharian, didapatkan solusi terhadap masalah yang
telah disepakati oleh kedua pihak yang bersengketa. Setelah pihak menerima
solusi, maka kasus selesai dan potensi konflik horizontal dapat dihentikan.
Berkas-berkas
diteruskan kepada pihak kampus sebagai dokumentasi penyelesaian masalah.
Kemudian tim yudikatif dibubarkan oleh badan eksekutif mahasiswa dan akan
dibentuk kembali jika terjadi masalah horizontal di tengah-tengah mahasiswa
farmasi.
Terima kasih penulis ucapkan
kepada M. Syahrum Harahap (Ketua Tim Dewan Etik Mahasiswa Farmasi) dan Rivaldo
Perdana Putra (Staff Tim Dewan Etik Mahasiswa Farmasi) 2016, kemudian ucapan
terima kasih kepada Tim Panitera sebagai Tim Pelaksanaan Persidangan yang
penulis tidak dapat tuliskan satu per satu. []
No comments:
Post a Comment