Monday, May 15, 2017

BELAJAR IMAN

Pandawa Beach, Bali
Sifat dari dosa adalah mencelakakan pelakunya. Untuk memahami agama islam lebih lanjut, sebaiknya kita memahami dasarnya terlebih dahulu. Dasarnya adalah iman. Setelah kita memahami iman, maka mudah bagi kita untuk lanjut memahami islam. Karena kita sudah paham iman, maka kita mudah memahami al qur'an, akhlak, sabar, dan selanjut-selanjutnya sampai dengan taqwa. Ketika kita memahami iman, maka seluruh aktivitas keislaman yang kita lalui tidak hanya sebatas melepas kewajiban saja, tetapi kita juga akan merasakan kenyamanan dan kenikmatan dalam setiap aktivitas keislaman kita. 

Belajar iman tidak hanya belajar teori, tetapi belajar iman adalah belajar yakin kepada Allah SWT. Cara terbaik untuk belajar iman adalah sering-sering latihan melibatkan Allah swt dalam setiap aktivitas kehidupan. Tidak ada seseorang yang meminta kepada Allah swt ketika selesai meminta merasa dikecewain kecuali orang tersebut belum mengenal Allah swt. Allah swt selalu ada untuk hambanya, "Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apapun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (Ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dan tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha tinggi, Maha besar" (QS Al-Baqarah: 255).

Ketika kita curhat kepada Allah swt, maka tidak akan ada kesalahpahaman. Melibatkan Allah swt juga dalam suasana apapun, baik dalam keadaan senang maupun susah. Terutama untuk yang ingin merubah status "single"nya. Latihan untuk selalu melibatkan Allah swt sudah seharusnya dilakukan sejak awal agar ketika "ganda campuran" lebih mudah dan terbiasa. Tips untuk mendapatkan jodoh adalah meminta kepada Allah swt karena Allah swt lah yang memiliki dan menggenggam hatinya.

Untuk taat kepada Allah swt, kita tidak harus meninggalkan aktivitas kita seluruhnya. Contohnya seperti tafakur alam (baca: traveling), kegiatan ini bahkan memberikan kita pemahaman bahwa seluruh benda (baca: air, gunung, batu) dan makhluk (baca: hewan dan tumbuhan)  di muka bumi ini senantiasa berdzikir kepada Allah swt. Untuk aktivitas-aktivitas kebudayaan yang ada disekeliling kita boleh dilaksanakan selama tidak melanggar syariat islam [].

Semoga bermanfaat.

Resume Tausiyah Ustadz T. Hanan Attaki
@Masjid Al Jihad, Medan
14 Mei 2017

Wednesday, March 15, 2017

Sendiri Menyendiri - Edcoustic

Sendiri Menyendiri
Sendiri menyepi
Tenggelam dalam renungan
Ada apa aku...
Seakan ku jauh dari ketenangan

Perlahan ku cari
Mengapa diriku hampa
Mungkin ada salah, mungkin ku tersesat
Mungkin dan mungkin lagi

Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
Ingin ku menangis
menyesali diri, mengapa terjadi

Sampai kapan ku begini
Resah tak bertepi
Kembalikan aku pada cahaya-Mu
Yang sempat menyala...
Benderang di hidupku...

Perlahan ku cari, mengapa diriku hampa
Mungkin ada salah, mungkin ku tersesat
Mungkin dan mungkin lagi

Oh Tuhan aku merasa
sendiri menyepi
Ingin ku menangis, menyesali diri
mengapa terjadi

Sampai kapan ku begini
Resah tak bertepi
Kembalikan aku pada cahaya-Mu
Yang sempat menyala...

Oh Tuhan aku merasa sendiri
Aku merasa sendiri
Sampai kapan ku begini
resah tiada bertepi
Ku ingin cahaya-Mu

Benderang di hidupku

Friday, February 3, 2017

PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Ilustrasi Grafik EKG


Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh.  Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.

a. Tekanan Darah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri.  Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :
- Lingkungan                   : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu panas
- Peralatan                       : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff (manset)
- Pasien                            : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi, obesitas, olah raga
- Tehnik pemeriksaan      : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan membaca sfigmomanometer.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaituselisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat syok).  Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu :
1. Fase I        : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik.
2. Fase II      : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I.
3. Fase III     : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I.
4. Fase IV     : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.
5. Fase V      : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut:  
Klasifikasi tekanan darah:
Klasifikasi
Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik
(mmHg)
Normal
< 120
< 80
Pre Hipertensi
120 – 139
80 – 89
Stadium I
140 – 159
90 – 99
Stadium II
>  160
> 100



b. Denyut nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi diatur oleh sistem saraf otonom. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah:
1. Karotid              :Di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, hindari pemeriksaan dua sisi sekaligus pada waktu bersamaan.
2. Brakial               : Di atas siku dan medial dari tendo bisep.
3. Radial                : Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.
4. Femoral              : Di sebelah inferomedial ligamentum inguinalis.
5. Popliteal             : Di belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah.
6. Tibia posterior    : Di belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus medialis.
7. Pedis dorsalis     : Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.

Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah :
1. Kecepatan
a.  Bradikardia       :   denyut jantung lambat (<60x/menit), didapatkan pada atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan tonus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat.
b. Takikardia          : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi pada pasien dengan demam, feokromositoma, congestif heart failure, syok hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan perokok.
c.  Normal              : 60-100x/menit pada dewasa.

2. Irama 
a.  Reguler
b.  Regularly irregular      : dijumpai pola dalam iregularitasnya.
c.  Irregularly irregular     : tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya, terdapat pada fibrilasi atrium.
3. Volume nadi 
a.    Volume nadi kecil
       adalah tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardial, stenosis katup mitral, payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik).
b. Volume nadi yang berkurang secara lokal
       adalah peningkatan tahanan setempat.
c.    Volume nadi  besar
       adalah volume darah yang dipompakan terlalu banyak, tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil, hipertiroidisme).

c. Pernafasan :
 Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi  pulmoner, respirasi eksternal dan internal.  Laju pernafasan meningkat pada keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh.  Pernafasan yang normal bila kecepatannya 14-20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi.  Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan:
1. Kecepatan :
a. Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal.
b. Bradipnea : pernafasan lambat.
c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal.

2. Irama :
a.  Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke           : Periode apnea diselingi hiperpnea.
c. Pernafasan Biot’s (ataksia)        : periode apnea yang tiba-tiba diselingi periode pernafasan konstan dan dalam.

3. Usaha bernafas :
Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang paru.

 d. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas.  Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh lebih rendah.  Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga.  Suhu normal berkisar antara 36,5°C – 37,5°C.  Lokasi  pengukuran suhu  adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal.  Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila.  Peninggian semua terjadi setelah 15 menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum minuman dingin.

1. Alat dan bahan untuk pemeriksaan tekanan darah :
a. Stetoskop
b. Spigmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan dan terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat.  Ada 2 ukuran yaitu dewasa dan anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer gravitasi air raksa terdiri atas satu tabung kaca yang dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa dan manometer aneroid yang memiliki embusan logam dan menerima tekanan dari manset.
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi :
Jam tangan atau stopwatch
3. Alat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan :
a. Jam tangan atau stopwatch
b. Stetoskop
4. Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu :
a.  Termometer
b.  Tissue
c. Air bersih
d.  Air sabun
e.  Vaselin

1. Pemeriksaan tekanan darah :
a.  Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.
b.  Memberitahu posisi pasien.
c.  Posisi lengan setinggi jantung.
d.  Menyingsingkan lengan baju ke atas.
e.  Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien.
f.  Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.
g.  Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.
h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir.
i.  Meraba arteri brachialis.
j.  Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan.
k.  Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya.
l.  Kempiskan perlahan
m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.
n.  Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang.
o.  Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan.
p.  Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik,  lakukan pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang.
q.  Melepas manset.
r.  Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi :
a.  Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.
b.  Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi.
c.  Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.
d.  Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

3. Pemeriksaan pernafasan :
a.  Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan.
b.  Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).
c.  Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.
d.  Menentukan irama pernafasan
e.  Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
f.  Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal.
g.  Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.

4. Pemeriksaan Suhu :
a. Pengukuran di aksila :
-  Memberitahu pasien
-  Mencuci tangan
-  Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
-  Menurunkan air raksa bila perlu
-  Mengatur posisi pasien
-  Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat
-  Menunggu sekitar 5 menit
-  Mengambil termometer,  mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang bersih
-  Merapikan kembali baju pasien
-  Membaca hasil pengukuran dengan segera
-  Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih
-  Keringkan termometer
-  Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula
-  Mencuci tangan
b. Pengukuran oral :
-  Memberitahu pasien
-  Mencuci tangan
-  Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
-  Menurunkan air raksa bila perlu
-  Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit
-  Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah.
-  Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit
-  Menunggu selama 5 menit
-  Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut 
-  Mengelap termometer
-  Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan air sabun,  membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya
-  Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula.
-  Mencuci tangan
c. Pengukuran di rektal :
-  Memberitahu pasien
-  Mencuci tangan
-  Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu
-  Mengatur posisi pasien
-  Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan
-  Membuka bagian rektal pasien
-  Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa
-  Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum
-  Memasang termometer selama 5 menit
-  Mengambil termometer dari anus
-  Mengelap termometer secara perlahan
-  Membersihkan rektum dengan kertas tissue
-  Menolong pasien kembali ke posisi semula
-  Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya
-  Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula
-  Mencuci tangan

Daftar Pustaka

1. Adams. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1990. Hal. 67-85.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills lab pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran 2002/2003. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Hal. 11-21.
4. Snell S.R. 1991. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran bagian 2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80.
5. Soeparman, W. Sarwono. 1990. Ilmu penyakit dalam. EGC. Jakarta: Hal. 210-2.

6. Keterampilan Medik PPD Universitas Sudirman. Modul Skill Lab A-Jilid 1.

Tuesday, January 17, 2017

TUJUAN KITA ADALAH PERDAMAIAN DUNIA

Ilustrasi Proyek Sosial Kerukunan Antar Umat Beragama

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa." (Gajah Mada, Padmapuspita, 1966:38)”. Yang artinya, "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Demikianlah bunyi sumpah lantang sang patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, menurut kitab Pararaton. Ikrar terucap karena kuatnya keinginan Gajah Mada untuk membendung pengaruh kerajaan-kerajaan dari luar Nusantara yang ingin menguasai Nusantara. Satu sumpah untuk mempersatukan wilayah-wilayah kepulauan Nusantara. Kisah masa lalu Indonesia yang membuktikan bahwa wilayah nusantara yang sekarang bernama Indonesia ini memiliki cita-cita besar yaitu berdaulat terhadap wilayahnya sendiri.
Realita yang kita hadapi di wilayah nusantara saat ini adalah konflik horizontal yang tiada hentinya. Mulai dari pergesekan antar suku, ras, dan agama mulai merebak di berbagai wilayah. Berbicara keyakinan, setiap individu memiliki keyakinan yang dipercayainya masing-masing. Namun, satu kata yang dapat membuat kelompok-kelompok dengan latar belakang yang berbeda ini berjalan beriringan menuju tujuan bersama yang besar, yaitu toleransi. Penulis masih ingat betul bahwa materi pelajaran ini diajarkan saat penulis berada di sekolah dasar. Mulai dari siswa sekolah dasar sudah diajari secara teori mengenai makna toleransi. Pembelajaran yang panjang mengenai makna toleransi.
Ketika teori toleransi ini menuntut untuk diamalkan, maka pelaksanaannya tidak semudah mempelajari teorinya. Bahkan indikator toleransi antar kelompok yang berbeda latar belakang juga beragam. Perpecahan mulai terjadi saat hal-hal berbeda ini terus ditonjolkan dalam satu kelompok. Sementara cita-cita dan tujuan besar semakin jauh dan semakin mustahil untuk digapai jika ini terus berlanjut. Penulis sengaja tidak mencantumkan contoh-contoh kasus yang beredar di media saat ini karena ditengah kehidupan sosial penulis sendiri sudah merasakan kegerahan berkehidupan sosial di sekitar lingkungan.
Ditengah konflik horizontal ini, dibutuhkan upaya perdamaian dengan duduk bersama sehingga muncul solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah. Kita membutuhkan keberanian yang sesungguhnya, yaitu keberanian untuk duduk bersama dengan orang yang bermasalah dengan kita, kemudian kita menyelesaikan bersama. Setelah solusi didapatkan, kita berkomitmen bersama untuk melaksanakan solusi dengan sebaik-baiknya.
Ketika solusi mampu menjadi pemecah masalah, ditindaklajuti kepada perumusan tujuan bersama. Tujuan bersama yang melibatkan seluruh anggota kelompok atau masyarakat sehingga terjadi interaksi sosial yang dapat menjadi ajang pengamalan toleransi. Contohnya dapat dimulai dari proyek-proyek sosial yang dapat melibatkan masyarakat mulai dari komunitras terkecil seperti antar keluarga dalam satu rukun tetangga. Proyek-proyek sosial ini dapat menjadi media pembinaan masyarakat untuk berinteraksi dan memiki toleransi yang maksimal. Dan yang perlu kita ingat adalah kita memiliki tujuan besar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Untuk kelompok-kelompok yang bersifat radikal, penulis percayakan kepada pihak keamanan dan penegak hukum negara ini. Keperyaan yang diberikan sebagai bukti menghormati pihak yang berwenang masih memiliki fungsi di negara ini. Upaya yang sudah dilaksanakan untuk menertibkan kelompok-kelompok radikal ini pasti sudah dilaksanakan, namun upaya yang dilaksanakan belum menyelesaikan akar masalah yang terjadi terbukti dengan kelompok-kelompok radikal tersebut masih terus melakukan permasalahan terus menerus. Kemudian kepada kelompok pemicu perpecahan, penulis menilai langkah ini tepat, namun jika tidak disertai bukti otentik dalam pelaksanaan penegakan hukumnya, maka langkah ini akan menjadi boomerang kepada pihak berwenang.

Tujuan menciptakan perdamaian dunia yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 menjadi tantangan untuk kita. Kita harus mampu menjaga perdamaian dan keamanan dalam wilayah kita terlebih dahulu, lalu jika kita sudah mampu mewujudkan perdamaian dari dalam negara kita maka kita akan mampu bergerak berupaya mewujudkan upaya perdamaian dunia. Penulis berharap di masa depan, Indonesia mampu menjadi tim mediasi untuk permasalahan-permasalahan dunia sehingga Indonesia dikenal sebagai global problem solver sebagai wujud kontribusi nyata terhadap dunia []. 

Sunday, January 8, 2017

DEWAN ETIK MAHASISWA SEBAGAI SOLUSI PENYELESAINAN MASALAH HORIZONTAL MAHASISWA

LEMBAGA YUDIKATIF MAHASISWA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016




                Mahasiswa fakultas farmasi dikenal sebagai mahasiswa yang sangat ilmiah dan study oriented. Ini menjadi peluang dan tantangan sendiri untuk kehidupan mahasiswa di farmasi. Di satu sisi, sikap apatis atau kepedulian yang minim kepada lingkungan menjadi masalah utama moral mahasiswa farmasi pada umumnya, walaupun tidak semua mahasiswa farmasi memiliki sifat seperti itu.
                Permasalahan-permasalah yang muncul ditengah-tengah mahasiswa berbagai macam dan bervariasi sehingga masalah itu dapat penulis klasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu permasalahan horizontal dan permasalahan vertikal. Untuk permasalahan vertikal adalah masalah yang terjadi antara seorang atau kelompok mahasiswa kepada pihak perangkat kampus seperti dosen, dekanat, pegawai kampus, dan lain-lain. Permasalahan horizontal adalah masalah yang terjadi antara seorang atau kelompok mahasiswa kepada sesama mahasiswa .
                Pada permasalahan vertikal, tentu mahasiswa tinggal menunggu sanksi dari pihak kampus kepada mahasiswa tersebut. Penyelesaian masalah lebih jelas dan mahasiswa hanya bisa pasrah menerima semua konsekuensi terhadap masalah yang menerpanya. Sementara masalah horizontal bersifat rawan atau dapat berkembang dan meluas jika tidak segera didapatkan penyelesaiannya. Pada konflik horizontal, dibutuhkan penengah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
                Penyelesaian masalah yang reaktif, tanggap, dan kekeluargaan adalah melalui sidang atau musyawarah internal bersama perangkat-perangkat yang berfungsi sebagai wadah mahasiswa.  Pemilihan jalur penyelesaian masalah dengan musyawarah lebih tepat dibandingkan jika masalah dibiarkan meluas dan sampai kepada ranah hukum pidana atau sampai pada potensi konflik kerusuhan.
                Hingga pada momen-momen tertentu, masalah horizontal di lingkungan mahasiswa farmasi muncul dan pihak kampus masih mempercayakan wadah-wadah mahasiswa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada satu sisi, momen masalah ini menjadi suatu pembelajaran yang sangat berharga. Sehingga, semboyan dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa sangat terasa ditegakkan saat permasalahan tersebut selesai.
                Penulis ingin menceritakan salah satu momen yang berharga tersebut. Pada saat pesta demokrasi terjadi di fakultas farmasi. Pada saat itu, sedang terjadi pemilihan umum untuk memilih Gubernur Mahasiswa tingkat fakultas dan Ketua Himpunan Program Studi. Masalah bermunculan saat pelaksanaan PEMIRA, maka yang memiliki wewenang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Farmasi sebagai penyelenggara. Ketika masalah sudah diselesaikan dengan KPU sebagai penengah, ternyata ada pihak yang tidak terima dengan hasil keputusan.
                Ketika masalah ini “deadlock”, maka penulis bersama dengan teman-teman wadah mahasiswa di kampus memilih berinisiatif berdiskusi dengan pihak kampus untuk masalah ini diselesaikan di internal mahasiswa. Setelah berdiskusi maka wadah mahasiswa diamanahkan untuk menyelesaikan masalah ini. Selanjutnya, para stakeholder wadah mahasiswa menjalankan mission imposible ini dengan tanpa pengalaman dari pendahulu. Langkah awal yang dibuat adalah membentuk wadah yudikatif mahasiswa yang langsung ditunjuk dari badan eksekutif mahasiswa. Setelah badan yudikatif muncul, maka tim yudikatif melakukan “root map problem” atau menganalisis akar permasalahan.
                Setelah akar masalah didapatkan. Selanjutnya adalah tim yudikatif melakukan gelar persidangan untuk mengklarifikasi segala hal yang terjadi dan memformulasi solusi untuk menyelesaikan permasalahan. Dan tidak lupa tim yudikatif juga menghadirkan pihak-pihak yang bersengketa. Setelah melaksanakan gelar persidangan “alot” selama seharian, didapatkan solusi terhadap masalah yang telah disepakati oleh kedua pihak yang bersengketa. Setelah pihak menerima solusi, maka kasus selesai dan potensi konflik horizontal dapat dihentikan.
                Berkas-berkas diteruskan kepada pihak kampus sebagai dokumentasi penyelesaian masalah. Kemudian tim yudikatif dibubarkan oleh badan eksekutif mahasiswa dan akan dibentuk kembali jika terjadi masalah horizontal di tengah-tengah mahasiswa farmasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada M. Syahrum Harahap (Ketua Tim Dewan Etik Mahasiswa Farmasi) dan Rivaldo Perdana Putra (Staff Tim Dewan Etik Mahasiswa Farmasi) 2016, kemudian ucapan terima kasih kepada Tim Panitera sebagai Tim Pelaksanaan Persidangan yang penulis tidak dapat tuliskan satu per satu. []