Friday, April 15, 2016

GONDOLA INDONESIA

Gondola Indonesia 
    Gondola adalah perahu dayung tradisional asal Venesia, Italia. Gondola merupakan sarana utama di venesia selama berabad-abad dan masih memegang peranan penting dalam sistem transportasi publik di sana sampai saat ini. Gondola ini juga menjadi maskot Venesia dalam menawarkan pariwisata di daerah mereka.Gondola ini akan menyusuri daerah Venesia melalui kanal-kanal yang ada di sela-sela wilayah ini. Dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat, Gondola ini akan mengantar kita menikmati keindahan alam dan suasana pemukiman yang unik di Venesia. 
     Dan sensasi "Gondola" ini bisa kita rasakan tanpa harus ke Italia. Berandan, Sumatera Utara tepatnya di Pulau Perlis, kita dapat merasakan sensasi "Gondola" ini. Kita akan diseberangkan dari Pulau Sumatera menuju Pulau Perlis Berandan dan tanpa harus merogoh kocek dalam. Sama dengan "Gondola Venezia", Gondola ini juga menjadi transportasi penting untuk masyarakat sekitar sampai saat ini. Sudah berpuluh-puluh tahun "Gondola" ini membantu masyarakat yang akan datang atau pergi ke wilayah Perlis Berandan. Masyarakat Perlis Berandan memang bergantung pada daratan Sumatera terutama Berandan karena akses fasilitas di Pulau tersebut yang terbatas. Contohnya seperti akses kesehatan dan ekonomi (pasar) yang hanya ada di Berandan daratan. Namun, walaupun akses yang belum lengkap, pemerintah setempat sedang membangun fasilitas. Sehingga kedepan, peningkatan pendapatan warga lokal dapat tumbuh dari sektor pariwisata. Banyak potensi wilayah pariwisat yang dapat dikembangkan, seperti hutan bakau yang dapat dijadikan ekowisata dan perkampungan nelayan  dipinggiran pulau tersebut yang bisa dijadikan objek eduwisata. Kemudian komoditi terasi yang bisa dikembangkan pasarnya. 

Penasaran? 
Masih banyak sensasi luar negeri ada di dalam negeri.

Wednesday, April 13, 2016

GAGA DIPERSIMPANGAN (Part 2)

         


              Selesai melaksanakan sholat ashar, kami bergegas masuk ke dalam Aula mesjid, ketika aku masuk, baru kali ini aku merasakan aula ini penuh sesak. Bahkan pendingin yang ada di aula ini tidak mampu lagi mendinginkan ruangan yang penuh dengan lautan manusia ini. Ketika aku dan Fojin mulai mencari tempat duduk, semua mata tertuju pada kami berdua sambil tersenyum. Aku membalas senyum kosong dan mataku tak henti-hentinya untuk mencari tempat kosong. Sekilas ku memandang ke arah depan, kulihat ada tangan melambai-lambai. Setelah kuperhatikan itu adalah tangan Bang Arai. Bang Arai adalah abang kelas ku dikampus, beliau adalah pimpinan organisasi tingkat fakultas di kampusku. Beliau sekarang sedang fokus pada pergantian pengurus sembari menyelesaikan peneletian beliau. Bang Arai adalah mahasiswa yang unik, karena beliau agak sulit berkomunikasi karena menurutnya semua kata atau kalimat yang dikeluarkan oleh pimpinan harus dipikir matang-matang. Beliau sering menghentikan pembicaraan dipertengahan hanya untuk mencari kalimat atau kata yang akan digunakannya. Sungguh orang yang sangat berhati-hati. Langsung saja aku mengahmpiri beliau, ternyata beliau telah menyiapkan tempat duduk untuk kami berdua. Lalu kami duduk, dan Bang Arai bertanya,”Lama sekali kalian kesini, ada kuliah ya?”, lalu kami berdua serentak berdua menjawab, “Iya bang”. Kemudian bang Arai tersenyum melihat reaksi kami tadi.
                Dilanjutkanlah acara diskusi sore itu, setelah dibuka oleh muderator, permasalahannya adalah organisasi kampus sedang mencari sosok pemimpin-pemimpin yang layak untuk melanjutkan organisasi kampus. Lalu munculah beberapa pandangan termasuk par senior kami yang terus beradu argumen dan pendapat mengenai hal tersebut. Aku hanya menyimak sambil mataku agak tertutup karena aku merasa mengantuk setelah mengikuti perkuliahan mulai dari pagi tanpa henti. Hingga pada akhir diskusi dipilihlah beberapa nama yang akan ditunjuk sebagai pimpinan organisasi di kampus. Ada 3 organisasi yang akan melakukan perganitian kepengurusan, yaitu Organisasi Keluarga Mahasiswa Tingkat Fakultas, Jurusan, dan Konsentrasi. Dalam hati, aku terus memberontak untuk tidak mengikuti diskusi ini lagi, aku sangat ingin pulang dan istirahat lalu mengerjakan tugas-tugas kuliah serta beberapa berkas beasiswa yang harus ku lengkapi. Ditambah lagi beberapa karya tulis ilmiah yang sedang berjalan aku kerjakan, semua itu membutuhkan waktu, energi, dan ide yang tidak sedikit. Sementara orang-orang diruangan berbicara, aku terus membayangkan tugas-tugasku. Tubuhku sudah gelisah, namun tempat dudukku seperti memiliki medan magnet yang menarik tubuhku terus untuk tetap duduk dibangku tersebut.
                Hari semakin sore, diskusi masih berjalan, aku terus memperhatikan sampai pada agenda penentuan nama-nama yang akan diangkat sebagai pimpinan. Ketika forum ditanya siapa yang bersedia untuk menjadi pemimpinan organisasi selanjutnya, seluruh isi ruangan senyap. Tak ada suara sedikitpun yang keluar, sangat berbeda ketika diskusi diawal sebelumnya. Ditunggu oleh muderator beberapa menit. Setelah beberapa menit ditunggu dan tidak ada respon, maka muderator mempersilahkan para hadirin diskusi untuk menyampaikan rekomendasi nama-nama yang akan dicalonkan, setelah dicalonkan maka disepakati oleh forum siapa-siapa saja yang akan menjadi pimpinan tetap kedepannya. Tak lama kemudian, seorang wanita mengangkat tangannya dari barisan wanita yang barisannya lebih banyak dari pada barisan laki-laki. Beliau adalah Kak Wadah, beliau adalah kakak kelas yang sulit ditebak menurutku. Namun, walaupun sulit ditebak, beliau sudah berkontribusi banyak terhadap aktivitas kemahasiswaan. Beliau terkenal sebagai mahasiswi yang aktif dan memilki wawasan ilmu yang luas. Beliau juga memiliki jaringan nasional. Beliau mulai berbicara mengenai pendapatnya dan rekomendasinya dengan logat minang. Karena kak Wadah adalah seorang wanita dari minang namun bermarga batak.                 Beliau mencalonkan Lido sebagai pimpinan organisasi Fakultas, kemudian fojin sebagai pimpinan organisasi jurusan dan Ahmad sebagai pimpinan organisasi departemen. Seluruh khalayak forum terdiam dan kemudian muderator menanyakan kembali siapa yang memiliki rekomendasi untuk pimpinan organisasi tersebut.
Selanjutnya, mengangkat tangan kembali dari barisan mahasiswi. Dia adalah Alda, mahasiswi yang satu angkatan denganku. Dia berasal dari jakarta, ada kesan aneh pertama kali bertemu dengannya. Teringat dalam memoriku, Saat itu ketika orientasi kampus yang diadakan di fakultasku. Dia begitu aktif dan sering berbicara di depan umum. Namun, di penghujung agenda orientasi, Alda dipersilahkan oleh kakak dan abang panitia untuk mengungkapkan kesan dan pesannya selama mengikuti orientasi selama 3 hari. Yang menarik dari pernyataannya adalah alda tidak menyangka akan masuk ke universitas di medan ini. Alda pernah mendengar kota medan tetapi alda mengira kota medan adalah kota yang tertinggal dan jauh dari kata modern, sontak seluruh ruangan menyoraki alda karena mayoritas mahasiswa baru berasal dari medan dan sekitarnya, namun dengan tenangnya didepan orang banyak, dia hanya tersenyum dan memohon maaf ternyata medan tidak seperti apa yang dipikirkannya. Dan setelah menyampaikan kesan dan pesan, seluruh ruangan bertepuk tangan seolah baru mendengar pidato kebangsaan yang disampaikan oleh tokoh nasional. Sungguh memori yang lucu menurutku. Kembali pada pendapat dan rekomendasi pada diskusi ini, dia mencalonkan


Bersambung...

Sunday, April 10, 2016

GAGA DIPERSIMPANGAN (Part 1)


                Celanaku bergetar, fokusku langsung buyar ketika aku sedang di dalam kelas. Hari ini jadwal kuliahku memang padat. Mulai dari pagi sampai sore, aku terus masuk kelas. Ini terjadi karena belakangan ini kami memang jarang masuk kelas karena jadwal pengajar/dosen kami yang bentrok. Karena 2  minggu lagi kami akan ujian, maka minggu ini adalah minggu padat kami untuk mengganti kuliah. Ku buka handphoneku yang ada di dalam saku celanaku. Ku buka layar utama, dan tertulis bahwa ada 5 pesan masuk dan 3 pesan dari online chatku. Ku tutup kembali handphoneku dan kembali aku fokus pada kuliahku. 30 menit kemudian, selesai sudah materi kuliah kami untuk hari ini, dan kami berhamburan keluar ruang kuliah dan bergegas untuk pulang. Sementara teman-teman yang lain pulang, aku berjalan menuju mesjid untuk melaksanakan sholat Ashar. Sambil berjalan, ku buka kembali handphoneku dan kubaca pesan-pesan masuk tadi.
                Aku adalah salah satu mahasiswa disalah satu Universitas di Kota Medan. Aku mengambil jurusan dibidang kesehatan. Namaku Gaga Pratama, namun teman-teman kampusku lebih sering memanggilku “Kang Gaga”. Aku bisa menebak mengapa teman-temanku memanggil namaku seperti itu. Pertama, Aku dibesarkan dari keluarga jawa yang lahir di sumatera. Daerah kelahiranku kebanyakan orang suku jawa walaupun orang-orang asli diwilayah kami adalah orang yang bersuku batak dan melayu. Hanya berbicaraku memang agak bercampur. Aku sering menggunakan istilah jawa tetapi irama berbicaraku agak kebatak-batakan dan melayu. Dan banyak pemuda diwilayahku juga seperti itu. Jika dikampus, aku sering terbawa model komunikasi seperti dikampung. Kedua, aku dan teman-teman sekelas dikuliah pernah mencetak jaket angkatan. Kami mencetak jaket untuk kami sendiri dan setiap jaket diberi nama sesuai pemiliknya. Aku meminta di jaketku di tulis nama “Akang Gaga” dan teman-temanku tertawa melihat nama pada jaketku. Di kelas, aku dekat dengan teman-teman kuliahku, namun ada 5 orang yang menurutku sering bersama denganku dalam mejalani kehidupan kampus ini.  Mereka adalah Lido, Rifa, Fojin, Ofi, dan Gartam.
                Dari 5 pesan yang masuk di handponeku, semuanya adalah pesan masuk dari para seniorku dikampus. Ini sangat jarang terjadi. Biasanya, sms yang masuk dari orangtuaku yang menanyakan kabar, teman yang menanyakan tugas kuliah, atau operator kartu yang menginformasikan tentang promo atau tenggat pulsa yang sudah mau habis. Langsung aku buka sms-sms itu. Ketika ku buka semua inti pesannya sama, yaitu meminta aku untuk ikut pada rapat yang akan dilaksanakan di dekat mesjid. Kebetulan di dekat mesjid ada ruang besar yang disediakan untuk kegiatan mahasiswa dan juga digunakan untuk menampung jamaah yang berlebih.
Terbesit dipikiranku tentang isu-isu yang beredar di kampus bahwa sekarang sedang masa pergantian pengurus organisasi terutama organisasi yang ada di fakultasku. Aku berpikir apakah mungkin ini adalah rapat tentang menaggapi hal ini? Apa pantas aku mengikuti rapat yang penuh dengan kebijakan penting ini? Atau jangan-jangan aku menjadi target man untuk meneruskan kepengurusan? Aku terus berpikir dan berharap agar aku tidak menjadi ketua pada salah satu organisasi kampus karena aku tidak sanggup. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana repot dan sibuknya seorang pimpinan organisasi dalam menjalankan organisasi. Belum lagi hubungan yang harus dijaga antara hubungan horizontal yaitu bersama teman-teman kampus dan hubungan vertikal yaitu bersama pihak birokrasi kampus atau pihak eksternal kampus.
Hatiku terus bergemuruh seakan-akan memberikan sinyal bahwa akan ada sesuatu terjadi. Badanku berkeringat dan bajuku basah karena keringatku sendiri padahal hari mendung dan angin dingin mengalir disela-sela tubuhku selama perjalanan menuju mesjid. Aku melihat sekeliling dan sepintas, aku melihat teman sekelasku, Fojin. Dia adalah mahasiswa yang murah senyum, walaupun beberapa kali tertidur dikelas, dia memilki nilai yang cemerlang di kelas, bahkan belakangan banyak mahasiswi-mahasiswi yang dekat dengannya karena wataknya yang mudah mencair. Aku berpikir bahwa dia lebih pantas untuk dijadikan pimpinan organisasi karena karakter yang dia miliki menurutku sudah pantas untuk itu. Apabila pun ada yang menjadi lawannya dalam pemilihan nanti, maka lawannya pasti akan kalah telak. Aku mulai berjalan mendekatinya dan mengucapkan salam sembari meneruskan perjalanan bersama menuju mesjid. Ketika kami sudah sampai dipintu mesjid, tak kusangka ia bertanya “Ga, Kamu dapat sms dari bang Jen?” lalu aku menjawab “ya, kenapa rupanya?”, lalu dia senyum dan mengatakan” selesai sholat, kita bareng ke Aula mesjid ya, aku juga dapat sms dari bang Jen”.


Bersambung....