Selesai melaksanakan sholat ashar, kami bergegas masuk ke
dalam Aula mesjid, ketika aku masuk, baru kali ini aku merasakan aula ini penuh
sesak. Bahkan pendingin yang ada di aula ini tidak mampu lagi mendinginkan
ruangan yang penuh dengan lautan manusia ini. Ketika aku dan Fojin mulai
mencari tempat duduk, semua mata tertuju pada kami berdua sambil tersenyum. Aku
membalas senyum kosong dan mataku tak henti-hentinya untuk mencari tempat
kosong. Sekilas ku memandang ke arah depan, kulihat ada tangan melambai-lambai.
Setelah kuperhatikan itu adalah tangan Bang Arai. Bang Arai adalah abang kelas
ku dikampus, beliau adalah pimpinan organisasi tingkat fakultas di kampusku.
Beliau sekarang sedang fokus pada pergantian pengurus sembari menyelesaikan
peneletian beliau. Bang Arai adalah mahasiswa yang unik, karena beliau agak
sulit berkomunikasi karena menurutnya semua kata atau kalimat yang dikeluarkan
oleh pimpinan harus dipikir matang-matang. Beliau sering menghentikan
pembicaraan dipertengahan hanya untuk mencari kalimat atau kata yang akan
digunakannya. Sungguh orang yang sangat berhati-hati. Langsung saja aku
mengahmpiri beliau, ternyata beliau telah menyiapkan tempat duduk untuk kami
berdua. Lalu kami duduk, dan Bang Arai bertanya,”Lama sekali kalian kesini, ada
kuliah ya?”, lalu kami berdua serentak berdua menjawab, “Iya bang”. Kemudian
bang Arai tersenyum melihat reaksi kami tadi.
Dilanjutkanlah
acara diskusi sore itu, setelah dibuka oleh muderator, permasalahannya adalah
organisasi kampus sedang mencari sosok pemimpin-pemimpin yang layak untuk
melanjutkan organisasi kampus. Lalu munculah beberapa pandangan termasuk par
senior kami yang terus beradu argumen dan pendapat mengenai hal tersebut. Aku hanya
menyimak sambil mataku agak tertutup karena aku merasa mengantuk setelah
mengikuti perkuliahan mulai dari pagi tanpa henti. Hingga pada akhir diskusi
dipilihlah beberapa nama yang akan ditunjuk sebagai pimpinan organisasi di
kampus. Ada 3 organisasi yang akan melakukan perganitian kepengurusan, yaitu
Organisasi Keluarga Mahasiswa Tingkat Fakultas, Jurusan, dan Konsentrasi. Dalam
hati, aku terus memberontak untuk tidak mengikuti diskusi ini lagi, aku sangat
ingin pulang dan istirahat lalu mengerjakan tugas-tugas kuliah serta beberapa
berkas beasiswa yang harus ku lengkapi. Ditambah lagi beberapa karya tulis
ilmiah yang sedang berjalan aku kerjakan, semua itu membutuhkan waktu, energi,
dan ide yang tidak sedikit. Sementara orang-orang diruangan berbicara, aku
terus membayangkan tugas-tugasku. Tubuhku sudah gelisah, namun tempat dudukku
seperti memiliki medan magnet yang menarik tubuhku terus untuk tetap duduk
dibangku tersebut.
Hari
semakin sore, diskusi masih berjalan, aku terus memperhatikan sampai pada agenda
penentuan nama-nama yang akan diangkat sebagai pimpinan. Ketika forum ditanya
siapa yang bersedia untuk menjadi pemimpinan organisasi selanjutnya, seluruh
isi ruangan senyap. Tak ada suara sedikitpun yang keluar, sangat berbeda ketika
diskusi diawal sebelumnya. Ditunggu oleh muderator beberapa menit. Setelah
beberapa menit ditunggu dan tidak ada respon, maka muderator mempersilahkan
para hadirin diskusi untuk menyampaikan rekomendasi nama-nama yang akan
dicalonkan, setelah dicalonkan maka disepakati oleh forum siapa-siapa saja yang
akan menjadi pimpinan tetap kedepannya. Tak lama kemudian, seorang wanita
mengangkat tangannya dari barisan wanita yang barisannya lebih banyak dari pada
barisan laki-laki. Beliau adalah Kak Wadah, beliau adalah kakak kelas yang
sulit ditebak menurutku. Namun, walaupun sulit ditebak, beliau sudah
berkontribusi banyak terhadap aktivitas kemahasiswaan. Beliau terkenal sebagai
mahasiswi yang aktif dan memilki wawasan ilmu yang luas. Beliau juga memiliki
jaringan nasional. Beliau mulai berbicara mengenai pendapatnya dan
rekomendasinya dengan logat minang. Karena kak Wadah adalah seorang wanita dari
minang namun bermarga batak. Beliau
mencalonkan Lido sebagai pimpinan organisasi Fakultas, kemudian fojin sebagai
pimpinan organisasi jurusan dan Ahmad sebagai pimpinan organisasi departemen.
Seluruh khalayak forum terdiam dan kemudian muderator menanyakan kembali siapa
yang memiliki rekomendasi untuk pimpinan organisasi tersebut.
Selanjutnya, mengangkat tangan
kembali dari barisan mahasiswi. Dia adalah Alda, mahasiswi yang satu angkatan
denganku. Dia berasal dari jakarta, ada kesan aneh pertama kali bertemu dengannya.
Teringat dalam memoriku, Saat itu ketika orientasi kampus yang diadakan di
fakultasku. Dia begitu aktif dan sering berbicara di depan umum. Namun, di
penghujung agenda orientasi, Alda dipersilahkan oleh kakak dan abang panitia
untuk mengungkapkan kesan dan pesannya selama mengikuti orientasi selama 3
hari. Yang menarik dari pernyataannya adalah alda tidak menyangka akan masuk ke
universitas di medan ini. Alda pernah mendengar kota medan tetapi alda mengira
kota medan adalah kota yang tertinggal dan jauh dari kata modern, sontak
seluruh ruangan menyoraki alda karena mayoritas mahasiswa baru berasal dari
medan dan sekitarnya, namun dengan tenangnya didepan orang banyak, dia hanya
tersenyum dan memohon maaf ternyata medan tidak seperti apa yang dipikirkannya.
Dan setelah menyampaikan kesan dan pesan, seluruh ruangan bertepuk tangan
seolah baru mendengar pidato kebangsaan yang disampaikan oleh tokoh nasional.
Sungguh memori yang lucu menurutku. Kembali pada pendapat dan rekomendasi pada
diskusi ini, dia mencalonkan
Bersambung...