Ilustrasi Grafik EKG |
Tanda vital merupakan parameter tubuh
yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu
tubuh. Disebut tanda vital karena
penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh.
a. Tekanan Darah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah adalah curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total,
viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada
interpretasi hasil yaitu :
- Lingkungan : suasana bising,kurangnya
privasi, suhu ruangan terlalu panas
- Peralatan : kalibrasi, tipe manometer
dan stetoskop, ukuran cuff (manset)
- Pasien : obat, status
emosional, irama jantung, merokok, kopi, obesitas, olah raga
- Tehnik pemeriksaan :
penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan pengembangan dan pengempisan cuff,
pakaian terlalu tebal, kesalahan membaca sfigmomanometer.
Parameter yang diukur pada pemeriksaan
tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada dinding arteri selama kontraksi
ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan minimal selama relaksasi, dan
tekanan nadi yaituselisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk
menilai derajat syok). Komponen suara
jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset
dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu :
1. Fase I : Saat bunyi
terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai
tekanan sistolik.
2. Fase II : Bunyi
berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I.
3. Fase III : Bunyi
ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I.
4. Fase IV : Ditandai
bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.
5. Fase V : Bunyi tidak
terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan
darah berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut:
Klasifikasi tekanan darah:
Klasifikasi
|
Tekanan Sistolik
(mmHg)
|
Tekanan Diastolik
(mmHg)
|
Normal
|
< 120
|
< 80
|
Pre Hipertensi
|
120 – 139
|
80 – 89
|
Stadium I
|
140 – 159
|
90 – 99
|
Stadium II
|
> 160
|
> 100
|
b. Denyut nadi
Denyut nadi adalah gelombang darah yang
dapat dirasakan karena dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri
jantung. Denyut nadi diatur oleh sistem saraf otonom. Lokasi untuk merasakan
denyut nadi adalah:
1. Karotid :Di
bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, hindari pemeriksaan dua sisi
sekaligus pada waktu bersamaan.
2. Brakial : Di
atas siku dan medial dari tendo bisep.
3. Radial :
Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan.
4. Femoral : Di sebelah
inferomedial ligamentum inguinalis.
5. Popliteal : Di
belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah.
6. Tibia posterior : Di
belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus medialis.
7. Pedis dorsalis :
Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.
Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah :
1. Kecepatan
a. Bradikardia : denyut jantung lambat (<60x/menit),
didapatkan pada atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan
tonus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat.
b. Takikardia : denyut jantung cepat
(>100x/menit), biasa terjadi pada pasien dengan demam, feokromositoma,
congestif heart failure, syok hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan
perokok.
c. Normal :
60-100x/menit pada dewasa.
2. Irama
a. Reguler
b. Regularly irregular : dijumpai pola dalam iregularitasnya.
c. Irregularly irregular : tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya, terdapat pada
fibrilasi atrium.
3. Volume nadi
a. Volume nadi kecil
adalah tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah yang
dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardial, stenosis katup mitral,
payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik).
b. Volume nadi yang
berkurang secara lokal
adalah peningkatan tahanan setempat.
c. Volume nadi
besar
adalah volume darah yang dipompakan terlalu banyak, tahanan
terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil, hipertiroidisme).
c. Pernafasan :
Proses fisiologis yang
berperan pada proses pernafasan adalah : ventilasi pulmoner, respirasi eksternal dan
internal. Laju pernafasan meningkat pada
keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan
suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila kecepatannya
14-20x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas
perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan:
1. Kecepatan :
a. Takipnea : pernafasan cepat dan
dangkal.
b. Bradipnea : pernafasan lambat.
c. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan
dalam dan cepat (Kussmaul)
d. Hipoventilasi : bradipnea disertai
pernafasan dangkal.
2. Irama :
a.
Reguler
b. Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea.
c. Pernafasan Biot’s (ataksia) :
periode apnea yang tiba-tiba diselingi periode pernafasan konstan dan dalam.
3. Usaha bernafas :
Adalah
kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis. Bila
ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang
paru.
d. Suhu
Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran panas.
Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu
tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus
tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh lebih
rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh
irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan
olahraga. Suhu normal berkisar antara
36,5°C – 37,5°C. Lokasi pengukuran suhu adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan
rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektal
tingkat kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15 menit,
saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan pembacaan semu
rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum minuman dingin.
1. Alat dan bahan untuk pemeriksaan tekanan darah :
a. Stetoskop
b. Spigmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan
dan terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk
bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran. Lebar
manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan pasien karena dapat menyebabkan
hasil pengukuran tidak akurat. Ada 2
ukuran yaitu dewasa dan anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer gravitasi
air raksa terdiri atas satu tabung kaca yang dihubungkan dengan reservoir yang
berisi air raksa dan manometer aneroid yang memiliki embusan logam dan menerima
tekanan dari manset.
2. Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi :
Jam tangan atau stopwatch
3. Alat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan :
a. Jam tangan atau stopwatch
b. Stetoskop
4. Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu :
a.
Termometer
b.
Tissue
c. Air bersih
d.
Air sabun
e.
Vaselin
1. Pemeriksaan tekanan darah :
a.
Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur.
b.
Memberitahu posisi pasien.
c.
Posisi lengan setinggi jantung.
d.
Menyingsingkan lengan baju ke atas.
e.
Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien.
f.
Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku.
g.
Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya.
h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air
raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon
manset, membuka kunci reservoir.
i. Meraba arteri
brachialis.
j. Meletakkan diafragma
stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan.
k. Memompa sampai kira-kira
30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya.
l. Kempiskan perlahan
m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V.
n. Melonggarkan pompa
segera setelah bunyi terakhir menghilang.
o. Tunggu 1-2 menit sebelum
mengulangi pemeriksaan.
p. Jika mencurigai adanya
hipotensi ortostatik, lakukan
pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang.
q. Melepas manset.
r. Mengembalikan posisi
pasien senyaman mungkin.
2. Pemeriksaan Denyut Nadi :
a.
Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.
b.
Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi.
c. Menekan arteri radialis
dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba
denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.
d. Langkah-langkah
pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.
3. Pemeriksaan pernafasan :
a.
Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila hanya khusus menilai
pernafasan.
b.
Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati gerakan inspirasi dan menilai
kesimetrisan gerakan (tirai harus ditutup dahulu).
c.
Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi inspirasi dan ekspirasi
serta kesimetrisan gerakan.
d.
Menentukan irama pernafasan
e.
Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30 detik
lalu dikalikan 2.
f.
Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal.
g.
Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah selesai.
4. Pemeriksaan Suhu :
a. Pengukuran di aksila :
-
Memberitahu pasien
-
Mencuci tangan
-
Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
-
Menurunkan air raksa bila perlu
-
Mengatur posisi pasien
-
Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat
-
Menunggu sekitar 5 menit
-
Mengambil termometer, mengelap
dengan gerak berputar dari bagian yang bersih
-
Merapikan kembali baju pasien
-
Membaca hasil pengukuran dengan segera
-
Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih
-
Keringkan termometer
-
Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula
-
Mencuci tangan
b. Pengukuran oral :
-
Memberitahu pasien
-
Mencuci tangan
-
Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar
-
Menurunkan air raksa bila perlu
-
Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit
- Memasukkan termometer
pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa (mercury chamber) masuk
dibawah lidah.
- Memberitahu pasien agar
menutup mulut dan jangan menggigit
- Menunggu selama 5 menit
- Mengambil termometer
sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut
- Mengelap termometer
- Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkannya
- Menurunkan air raksa dan
megembalikan ke tempat semula.
- Mencuci tangan
c. Pengukuran di rektal :
-
Memberitahu pasien
-
Mencuci tangan
-
Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu
-
Mengatur posisi pasien
-
Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan
-
Membuka bagian rektal pasien
-
Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa
-
Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum
-
Memasang termometer selama 5 menit
-
Mengambil termometer dari anus
-
Mengelap termometer secara perlahan
-
Membersihkan rektum dengan kertas tissue
-
Menolong pasien kembali ke posisi semula
-
Membaca hasil pengukuran
- Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih,
dan mengeringkannya
- Menurunkan air raksa dan
mengembalikan ke tempat semula
- Mencuci tangan
Daftar Pustaka
1. Adams. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 1990. Hal. 67-85.
2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5.
3. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills
lab pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran 2002/2003.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada; Hal. 11-21.
4. Snell S.R. 1991. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran
bagian 2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80.
5. Soeparman, W. Sarwono. 1990. Ilmu penyakit dalam. EGC. Jakarta:
Hal. 210-2.
6. Keterampilan Medik PPD Universitas Sudirman. Modul Skill Lab
A-Jilid 1.